WordPress for Nokia E63 (Working!!)

Halo guys, he lama tidak berjumpa, atau lebih tepatnya menulis d blog ini hehe, coz banyak sekali kerjaan offline saya, yach resiko orang terkenal ya gini ini hehe…
Nah untuk postingan kali ini, saya cuma mau share aja sebuah link untuk donlot n install software aplikasi blogging d hp gan. Tepatnya tentang nulis artikel via hp, iya nulis, bikin artikel, itu loo hehe. Tapi utk saat ini, saya cm share yang WordPress via Nokia ya :), soalnya saya juga pake Nokia, tepatnya nokia E63 . Utk temen2 yg pake Blackberry , sdh lancar jaya insyaAllah, soalx WordPress ada yang for BB ya, kalo ndak salah.
iya mungkin bagi sebagian temen2, sudah pada taulah tentang hal ini. ya kalo d anggap repost, ya mhn mangap selebar2nya, karena sesungguhnya sasaran saya bukan anda2 yg sdh ahli, tp yg masih newbie2 kayak saya gini. Harapan saya pribadi, smoga dgn adanya ini, maka semangat blogging qt jg bertambah hehehe

Oh ya untuk lebih jelasnya silahkan dicoba dulu,
*sudah saya install n’ tes pake E63 saya, n hasilnya lancar jaya. Bahkan software python juga lolos auntentifikasi sertifikatnya proses instalasi nokia kok 🙂
Selamat mencoba dengan mengklik tulisan di bawah…

code.google/p/wordmobi

Posted by Wordmobi

The Zero Moment Of Truth

What is that?? It looks like some kind of psychic or something, isn’t it?? Hehehe …. i’m afraid that I have to say yessss …tapi kondisi psikis apa? Siapa? Kenapa? Dimana? Bagaimana? Kepada siapa? Well, tunggu penjelasannya. Sabar… Ok, here goes my explanation , tapi mohon maaf sebelumnya jika nanti ada yang salah tulis atau ketik gan hehe, kan ni lagi Ramadhan , berbaik-baiklah kepada sesama, khususnya saya he, kalo gak baik sama saya, nanti saya mokel lo ( opo urusane ???). Lanjut… judul tulisan di atas saya ambil dari nama judul sebuah buku, tepatnya sebuah e-book yang persis sama, dikeluarin oleh tim Google sendiri yaitu: The Zero Moment Of Truth . Buku ini sangat bagus gan, sangat saya rekomendasikan kepada semua temen2 pembaca yang concern dengan pemasaran , bagus kok sumpah bagus (puasa puasa, dilarang bohong)!! Buku bertema pemasaran ini bercerita tentang perubahan perilaku konsumen dalam decision making process , dan proses pembelian sebuah produk saat ini…. A: Loh? Emang perubahan yang gimana se? prasaan dari dulu ya gitu itu deh. B: ok, biar simpel, kita main contoh saja ya. dalam buku ini, penulis sempat bercerita bahwa beberapa bulan yang lalu, dia pernah menginap di sebuah hotel yang berukuran agak besar di New York City . Suatu saat si penulis ini berjalan pulang ke hotel setelah seharian berpergian. Dalam perjalanan ke kamarnya, si penulis sempat melihat poster di lobi hotel: “saksikan the Max Weinberg Band di ballroom malam ini, jam 8 malam”. Setelah membaca poster itu, si penulis sepertinya mulai tertarik dengan Bandnya si Max ini. Seperti yang kita ketahui, sampai di sini, situasi atau kondisi dimana si penulis mulai tertarik dengan si Bandnya Max itu merupakan sebuah situasi pemasaran klasik: kok bisa klasik? ya karena simpel, seorang konsumen akan mengkonsumsi produk setelah adanya stimulus dari produsen. Yang dalam hal ini, stimulusnya adalah poster – “saksikan Max Weinberg – dan pastinya respon si penulis pasti umunya adalah pergi ke ballroom jam 8 malam, beli tiket dan menonton pertunjukannya. So simple isn’t it??  Namun ternyata si penulis ini tidak melakukan hal itu, dia lebih memilih masuk ke kamar, buka laptop , n mulai searching tentang segala info bandnya Max Weinberg ini. Tentang apa aliran musiknya, berapa harga tiketnya, gimana sih ballromnya, dan lain-lain. Setelah puas mengorek info, si penulis ini pun akhirnya mengambil keputusannya. Keliatan gak perbedaanya? Keliatan jelas kan ya? (kalo gak jelas, pake kaca pembesar) situasi pemasaran klasik itu begitu simpel, begitu calon konsumen mendapat stimulus sebuah produk, maka dia akan langsung mencobanya. Tapi sekarang, situasi pemasaran sudah berbeda, ketika calon konsumen mendapatkan stimulus sebuah produk, maka dia tidak akan langsung mencobanya, tapi dia akan cari informasi terlebih dahulu secara online . Ada sebuah langkah yang sifatnya baru, yang itu penting di mata konsumen tapi sering terlewatkan di mata produsen, apa itu? The information searching step right before the consumer make decision step, to buy or not . Oleh tim Google, momen pencarian informasi secara online inilah yang telah mengubah aturan-aturan baku pemasaran. Mereka percaya bahwa momen tersebut adalah sebuah model pengambilan keputusan baru yang terjadi ribuan kali per hari di mobile phones, laptop, notebook , netbook , dll. Momen tersebut adalah sebuah momen ketika pemasaran sedang berlangsung, arus informasi sedang mengalir, dan momen ketika para konsumen membuat keputusan yang akan mempengaruhi sukses tidaknya hampir semua merek di dunia ini. Nah luh! Sangar kan?? Na kalo masih penasaran dengan buku ini, saya kasih deh link untuk download  (via Mediafire) nya… beberapa website juga sudah membahas buku ini salah satu diantaranya marketingpilgrim.com dan google-cpg.blogspot.com Monggo dikunjungi…. 🙂

Diferensiasi | Differentiation

Hari itu hari Sabtu, sebuah hari sebelum hari Minggu (of course!!), yang sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar para pekerja hari sabtu dianggap dan memang sebagai hari libur (terutama PNS!!), sebuah hari yang didedikasikan untuk bermalas-malasan, untuk berkumpul bersama keluarga, untuk menjalankan rencana akhir pekan dengan berjalan-jalan bersama teman/keluarga. namun tidak bagi saya, setiap hari sabtu, saya ada jadwal mengajar di kelas eksekutif untuk mata kuliah Strategi Pemasaran jam 3 sore – 6 malam. Dan setiap kali ada jadwal mengajar, saya selalu berusaha datang 1 jam lebih awal, gunanya untuk mempersiapkan diri agar lebih lancar dan lebih siap dalam menjelaskan materi kuliah nantinya.

Nah, kemarin ini, pas lagi nggetu2nya membaca buku referensi di perpustakaan, tiba-tiba ada seorang mahasiswa yang menodong saya dengan pertanyaan-pertanyaan, selidik punya selidik, ternyata dia mulai dan sedang belajar bisnis di tempat asalnya. Mahasiswa ini bertanya kepada saya banyak hal, tapi ada satu menarik buat saya, dan saya ingin berbagi pertanyaan itu dengan teman2 pembaca sekalian. Berikut pertanyaannya:

“Pak, saya ini punya produk ini pak, ini buatan saya aseli, tapi MASALAHnya pak, setelah saya amati, ternyata competitor saya itu buanyuak pak! Dan kalo dicomparekan,  produk saya dengan pesaing saya itu hampir sama pak! Mulai dari qualitynya, pricenya, komposisi bahan pembuat produknya suamaa persis, ndak ninggal blas. Hadeuw  pusing saya pak, dari buku teori, saya sudah paham kalo situasi dengan banyak saingan, maka saya harus berbeda pak, harus melakukan differentiation dan saya memang ingin berbeda pak. La caranya gimana pak ini?”

Sebuah pertanyaan lumrah dan boleh dikatakan sering ditanyakan oleh teman2 pebisnis, mengingat situasi saat ini, explosion of choice, sebuah situasi dimana hampir setiap kategori atau jenis produk selalu terdapat produk subtitusinya, terdapat pilihan-pilihan, yang bisa disimpulkan ada pesaing. Jika kita ingin memenangkan persaingan, kita harus berbeda, dan tidak cukup dengan berbeda saja, tapi berbeda yang bernilai positif di mata konsumen.

Y a saran saya pun akhirnya begini. “ya mungkin akan lebih baik bagi anda untuk tidak fokus pada diferensiasi produk, karena anda nanti pasti kesulitan dalam mengotak atik produk anda, atau istilah kerennya kita bicara inovasi produk, mengingat anda mungkin perusahaan berskala kecil, atau mungkin UMKM yang bermodal kecil dan untuk inovasi diperlukan biaya atau modal besar. Fokuslah di luar produknya (Think out side of the box), apa itu? Bisa jadi service anda, dalam contoh sederhananya, anda berani menjanjikan layanan 24 jam non stop, sementara pesaing anda cuma 8 jam perhari, + tanggal merah, libur, anda tawarkan jasa pengiriman sementara pesaing anda tidak, itu kan sudah berbeda? Dan insyaAllah, lebih bernilai positif bagi calon konsumen anda. Atau mungkin harganya, yang secara tidak langsung kita nanti pasti akan bicara cara pembayarannya kan? Ini kan juga bisa jadi dasar diferensiasi anda juga kan? Kalau pesaing anda menetapkan cara pembayaran harus dalam bentuk tunai, maka anda bisa tawarkan dengan pembayaran kredit. Dan masih banyak lagi…”

Kesimpulannya, kalo produk kita sama persis dengan pesaing-pesaing kita, dan kita ingin keluar dari kerumunan pesaing kita, menjadi berbeda dan unik, selain diferensiasi produk, kita bisa masih melakukan diferensiasi non produk lo…

Semoga bermanfaat!

Dosen Ngawur…

Assalamualaikum Mas bro mas bro..gimana kabaripun? Can’t better more? Wow that’s great…

Sudah lama saya ndak menulis artikel di blog saya ini, mohon maaf, lamaa buanget memang, ya kira2 satu semingguan ya, hehe, kalo ditanya alasannya kenapa? Ya beberapa hari terakhir, saya mulai bimbang dengan model atau gaya penulisan blog saya ini, saya bertanya2 kepada diri saya sendiri, pantes gak sih gaya bahasa yang saya pilih dengan tema tulisannya? pantes gak sih gaya bahasa saya dengan sasaran/konsumen saya yang dalam hal ini adalah para mahasiswa, dan bahkan mungkin temen2 sesama dosen (khusus untuk dosen, saya yakin bahwa kalo sampai beliau2 ini masuk ke blog saya, ya berarti beliau2 lagi kesasar optimal, pol-polan he, karena masih banyak blog lain dengan content yang lebih bagus, kok ya mau2nya mengunjungi blog saya he).

Selain itu, sebetulnya saya juga ragu dengan pemberian nama “artikel” untuk tulisan saya ini, karena saya menilai bahwa tulisan saya bukan sebuah artikel, dan tidak pantas disebut artikel, lebih sebagai cuap-cuap, sekedar ngobrol kepada teman yang butuh kejelasan dan kebetulan saya mampu menjelaskan, istilah kerennya, ya just conversation sajalah….J.  Ya temen2 pasti tahu sendiri, bagaimana gaya tulisan saya yang multilingual (maksudnya, ya Indonesia, ya jawa, ya Indonesia yang njawani, ya English yang njawani dan bahkan kadang kalo mentok pake bahasa isyarat juga he) dan cenderung tidak fokus, yang kalo orang jawa bilang mblakrak ke mana2..

Dan yang lebih gawatnya lagi, dengan sangat menyesal saya harus mengatakan bahwa saya tidak aken mengubah/membenahi gaya bahasa tulisan saya. Lohh kok??, kok gitu?? Wong sudah jelas di depan, anda mengatakan banyak sekali kekurangan pada gaya bahasa anda, tapi kok tetap tidak mau membenahi?…

Ya karena saya percaya bahwa dunia pendidikan sekarang sudah semakin horizontal, posisi dosen dan mahasiswa mulai sejajar, yang kalau diibaratkan garis, maka garis yang awalnya vertical (dosen diatas, mahasiswa di bawah) mulai berubah menjadi horizontal, dosen dan mahasiswa sudah hampir tidak ada gap lagi. Dalam mencari informasi atau ilmu, mahasiswa sudah tidak hanya bergantung pada dosen saja, mereka bisa browsing, connected dgn teman2nya, lebih kreatif dalam menghadapi masalah, dst. Dalam berhubungan antara dosen-mahasiswa pun guampangnya bukan main. Bisa lewat Facebook, twitter, bisa lewat blog-blog pribadi milik dosen, dari pengamatan saya, teman2 dosen saya juga sudah memiliki blog pribadi dan blog tersebut benar2 dimanfaatkan dengan maksimal, mulai penulisan artikel, penjelasan tentang bab, bahkan sampai UTS dan UAS juga modelnya online, sifatnya real-time (dan saya pun juga sedang mengarah ke sana juga hehe)…

Hal yang paling berpengaruh terhadap perubahan perilaku ini adalah perkembangan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi. Hermawan Kartajaya mengatakan sedang terjadi reshaping in Marketing World, dimana para produsen/marketer sudah mulai menata mindset mereka bahwa konsumen mereka sesungguhnya adalah patner mereka, so lagi2 semakin horizontal, masing-masing punya peran yang sama-sama penting, tidak lagi menganggap konsumen dianggap sebagai sekedar sapi perah, yang diambil uangnya saja, tapi juga dianggap sebagai teman, patner. Rhenald Kasali juga mengatakan bahwa generasi yang sedang di hadapi oleh semua pihak yang berkepentingan saat ini adalah generasi C (atau biasa disingkat Gen-C) C berarti connected, co-creation, creative, dan curiousity. Inilah generasi yang terhubung satu dengan yang lain.

beliau memberikan contoh bahwa selama ini asumsi kita menganggap bahwa dokter adalah ahli dan cerdas. Sedangkan pasiennya, secara medis bodoh. Situasinya selalu begini: Dokter menunggu di ruang prakteknya dan pasien-pasien itu terisolasi satu dengan lainnya. Masalahnya, sekarang asumsi itu sudah tidak valid. Pasien terhubung dan melakukan sharing. Situs-situs lokal mempertemukan pasien-pasien berbagi pengalaman. Di luar negeri situs PatientsLikeMe.com sangat digemari dan pasien bebas berkonsultasi free of charge.

Di situs Video Youtube Anda juga bisa menemukan berbagai advice dari dokter-dokter terkenal secara visual. Ada Dr. Vincent Bellonzi yang mengingatkan, agar jangan menyerahkan tubuh kita 100% pada dokter saja. Konsultasikanlah resep pada apoteker. Begitu nasehat dokter senior yang terkenal itu. So kalo dicermati lagi, bukankah hampir sama antara situasi dokter-pasien dengan dosen-mahasiswa saat ini??

Nah menjadi masalah kini, asumsi-asumsi lama tentang mahasiswa sudah tidak valid lagi. Mahasiswa jelas telah berubah menjadi lebih berpengetahuan. Mereka bukan menjadi sok tahu, tetapi memang menjadi lebih tahu. Mereka juga curious atau ingin lebih tahu lagi. Apa jadinya kalau dosennya masih memegang asumsi lama, tertutup dan malas membaca perkembangan baru, menutup kritik mahasiswa dan hanya mengandalkan informasi dari buku2 tebal 200 halaman atau konferensi international?

Dosen tentu harus berubah, menjadi lebih tahu dan membagi waktu antara mengajar dan belajar lagi. Dan yang lebih penting adalah merubah pendekatan agar lebih komunikatif. Inilah yang Rhenald Kasali sebut sebagai daya saing, yaitu lebih produktif dalam menghadapi persaingan. ini juga yang mendasari kenapa saya memilih bahasa slank dalam artikel saya….

Strategi Promosi (Tema Iklan) dalam persaingan

Logo operator seluler IndonesiaSangat mengasyikan bagi kita, jika kita memperhatikan perkembangan persaingan di dunia bisnis saat ini. dimana mana, sedang terjadi persaingan yang sengit, fierce, di hampir segala kategori produk (efek dari explotion of choice itu tadi). di kategori provider layanan seluler, mas bro pasti taulah, lihat saja di iklan, bagaimana si Biru (XL) melawan si Merah (Telkomsel), mereka berdua kan sangat sengit ya kan? di tema iklan yang mereka pakai pun, PASTI, isinya ‘mbales’ dari tema si lawannya, kalo si Biru pake model iklan anak kecil yang mengatakan bahwa ada unsur yang kurang bagus di si Merah, maka tak lama kemudian si Merah mbales juga dengan mengatakan ‘masak mau dibohongi sama anak kecil?’ dan seterusnya….sampe yang terakhir ini (setahu saya gan), si Biru pake tema pertandingan bela diri, sedangkan si Merah ‘balas’ dengan tema dikejar-kejar gerombolan orang berbaju merah.

loh? lalu apa yang jadi masalahnya gan? kan tema iklan seperti itu kan ndak masalah to? kan wajar to yang namanya persaingan yo gitu itu, yo mesti gontok-gontokan, gegeran, dll, malah lek gak gitu yo ora asyik blas! Ok, monggo kerso kalo punya pendapat dan pikiran seperti itu, itu sudah diluar kendali saya. tapi boleh kan kalo saya menyatakan pendapat saya pribadi, hehe? kan sampeyan sudah, la sekarang giliran saya to. ini pendapat saya, pertama, tema iklan yang dipakai dari kedua provider itu sudah melanggar etika, ndak etis, dan bahkan sebenarnya sudah bisa dikatakan sebagai melanggar hukum periklanan di Indonesia, yang salah satu isinya (kalo ndak salah), bahwa tidak boleh menjelek2kan produk pesaing, ya meskipun tetap ada unsur-unsur informasi produk, tapi kan kita juga tahu ada unsur-unsur menjelekan produk pesaingnya kan?. Yang kedua, dan ini menurut saya yang paling penting, yang pertama itu ndak masalah buat saya, tapi ini yang penting buat saya, seperti yang kita ketahui gan, bahwa ada semacam kebiasaan atau perilaku ‘balas membalas’ dari kedua provider tersebut. kalo si Biru ngomong gini, si Merah di iklan terbarunya balas ngomong gini, eh si Biru ternyata gak terima, langsunglah si Biru buat tema iklan baru dan ganti menyerang si Merah, si Merah yo ra trimo, keluarkan tema iklan untuk gantian nyerang si Biru, begitu seterusnya (ndak perlu saya jelentrehkan, dan saya memang ndak mau njelentrehkan, kedawan, kepanjangen, habis halamannya nanti, lagian semakin panjang, agan2 pasti semakin mauales mbacanya hehehe). artinya apa se, mereka berdua sangat fokus pada pesaingnya masing-masing. you know, mentalitas seperti ini memang bagus, ini membuat kita akan selalu siap dari serangan musuh sekaligus membalasnya, berusaha menang dari pertempuran, jadi ready for combat lah istilah gamenya..

Buttttttttt, i’m afraid there is still a but….there something wrong with their intention and their focus, lo kok?? sok pinter luh!!, hehe, ndak gitu maksud saya gan. wes gini aja simpelnya ya, kita analogikan persaingan mereka dengan persaingan kita, ah..sori, persaingan anda (saya ndak perlu bersaing, wong sudah punya kok, beranak lagi hehe) dengan orang lain dalam memperebutkan cinta seseorang. nah situasi yang menurut saya persis dengan tingkah polah kedua provider tersebut dengan persaingan cinta anda adalah seperti ini: agar sukses pdkt dan mendapatkan cinta si cewek, maka pesaing anda mengajak cewek tersebut makan di restoran yang bagus, eh andanya ndak terima, anda pun berkata, “OK, kalo gitu besok gue akan ajak doi makan di resetoran yang muahal, dan berbintang”, situasi lainnya, pesaing anda njemput pake mobil, eh andanya langsung panas, anda pun berjanji, “Wuokeehh, gue juga bisa!! akan gue jemput pake helikopter…” dan setelah usaha berdarah-darah dari anda dan pesaing anda, eh ternyata si cewek tersebut tetep tidak bergeming. mau bergeming gimana?? wong yang dia sukai makan di kaki lima, eh anda ngajak makan di restoran bintang lima, yo wegah dianya!!, dia sukanya boncengan sepeda aja, anda lebay abis, pake helikopter segala, yo emoh!!

kesimpulannya apa si pren, fokus kepada pesaing itu bagus, dan penting, tapi bukan yang terpenting, karena yang terpenting bagi kita adalah konsumen kita. jika kita terlalu fokus pada pesaing, bisa jadi kita akan terabaikan pada tujuan kita semula, apa itu?? ya memenuhi kebutuhan konsumen, apa yang dinginkan konsumen, ya itu yang seharusnya jadi fokus perhatian terpenting kita, titik. so dari pada fokus pada iklan musuh, tidak kah lebih baik buat para provider itu untuk lebih fokus melayani konsumennya dengan lebih baik? membuktikan bahwa janji2 yang di tawarkannya memang betul2 sesuai dengan kenyataannya? yang kalo sudah sesuai antara janji dengan bukti, maka tidakkah konsumen itu akan puas, yang dari kepuasan itu meningkatlahh loyalitas? bahkan loyalitas tanpa batas? Sekokoh karang yang dihantam arus gelombang laut yang deras?….

Ketika Cinta Bertasbih…

jreng, jreng….

sebelum kita membahas artikel saya lebih jauh, perlu saya tekankan bahwa meskipun judul di atas memang ngeplek/copy-paste dengan sebuah judul buku novel best seller di Indonesia, tidak ada niatan sedikitpun dari saya untuk mengupas tuntas buku atau versi filmnya, bersamaan ini juga saya harus memastikan kepada anda bahwa saya tidak berniat gembar gembor kepada teman pembaca sekalian bahwa saya termasuk pemain aktor di dalam filem tersebut!! Sumpah!!…

tapi dapat saya pastikan kepada teman pembaca bahwa judul di atas 100% ada kaitannya dengan artikel pemasaran saya kali ini (ini serius ini pren). You see, dalam membahas pemasaran, kita pasti nggelibet dengan yang namanya konsumen ato customer kita, ya to? ketika kita membahas bab produk, maka kita akan membahas tentang kemampuan produk tersebut dalam mendeliverkan nilai kepada konsumen, ketika kita membahas harga, maka kita membahas tingkat harga yang dipandang sesuai dengan persepsi konsumen tentang produk yang kita tawarkan, ketika kita membahas promosi, sederhananya kita membahas tentang cara kita memperkenalkan produk kita kepada konsumen, ketika kita membahas saluran distribusipun, kita juga pasti berorientasi pada konsumen, dalam arti bagaimana kita mendeliverkan produk kita, mempermudah akses konsumen dalam mencapai produk kita. maka mulai dari membahas produk, harga, promosi, saluran distribusi, (yang dikenal dengan nama marketing mix, bauran pemasaran, 4P), kata kunci berupa ‘konsumen‘ ato ‘pelanggan’ tak pernah ketinggalan untuk nimbrung..

Konsep pemasaran yang baik selalu berorientasi pasar (market oriented). Dan definisi pasar dalam pemasaran itu sendiri adalah sekumpulan pembeli aktual + potensial, bukan pertemuan permintaan dan penawaran seperti yang didengungkan oleh ilmu Ekonomi. Ketika ada kata-kata seperti ini, “pasar produk ini siapa?’, maka kita sedang tidak membahas tentang pertemuan permintaan dan penawaran produk tersebut, tapi kita sedang membahas siapa se sebenarnya yang menjadi sasaran/target produk tersebut.

nah pertanyaannya sekarang adalah bagaimana persepsi kita tentang konsumen kita? bagaimana kita memandang konsumen kita? sekali lagi, pertanyaannya adalah bagaimana kita memandang konsumen kita ? sekedar konsumen? yang kalo sudah bayar, ya sudah, gitu? orang yang sekedar lewat? ato lebih dari sekedar konsumen? atauuuu…. someone who we fall in love with? tau maksudnya? mengapa saya harus menanyakan semua itu?

karena sudut pandang pemasaran yang pertama, yang menyatakan konsumen hanyalah konsumen, tentu berbeda dan pasti sangat jauh perbedaannya dibandingkan dengan sudut pandang yang menyatakan bahwa konsumen adalah orang yang kita sayangi, cintai. yang pertama, akan cenderung ala kadarnya, buat produk sekedarnya, servis ala kadarnya, jualan tanpa ekspresi, datar-datar saja, egois, orientasinya hanya dirinya sendiri (pokoknya gue untung, masalah loe buntung, IDL! Itu Derita Loe!!), dalam jangka pendek, sikap atau pola pikir seperti ini tentu menguntungkan, karena dengan produk ala kadarnya, dan dari bahan seadanya, biaya yang dikeluarkan bisa lebih rendah, unsur kualitas hampir tidak dijamah, la karena biaya rendah, maka harga yang di tawarkan pun lebih rendah (harga adalah cerminan biaya), memang harga rendah pasti menarik perhatian konsumen (so pasti dong!). tapi bicara loyalitas konsumen? nanti dulu, belum tentu….

sementara sudut pandang pemasaran yang menyatakan bahwa konsumen adalah ‘kekasih’nya, tentunya teman2 tau sendiri, bagaimana orang itu kalo lagi kasmaran, ya to? mesraaa banget, semenit tidak bertemu, serasa seminggu! Dunia serasa hanya milik berdua, yang lain nge-kos! ngontrak! dan biasanya pasangan tersebut akan sangat perhatian antara satu dengan lainnya, kalo ada yang sedang kesulitan, maka pasangannya akan berusaha membantu, ungkapan yang tepat dalam menggambarkan hubungan tersebut biasanya adalah ‘gue tertawa kalo loe tertawa, gue ikut sedih kalo loe sedih, penderitaan loe adalah penderitaan gue’. nah kalo mindset pemasaran berbasis cinta ini dilakukan, maka betapa indahnya dunia!, karena dengan mindset ini, kita tidak ingin main-main dalam berurusan dengan pasangan kita, yang dalam hal ini adalah konsumen. kita akan menganggap konsumen kita adalah segala-galanya bagi kita. sehingga dalam membuat produk, menentukan harga, memilih promosi, dan merencanakan saluran distribusi, kita selalu mendasarkan pada kepuasan konsumen. kita ingin agar dan berusaha agar konsumen kita selalu menyukai kita. salah satu keunggulan mindset pemasaran seperti ini adalah adanya pemosisian ‘konsumen sebagai raja’ akan membuat peluang terjadinya loyalitas konsumen yang semakin meningkat, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan profit kita juga…

Know what i mean, pren?? i hope soo…

Positioning dan Diferensiasi (Antara Janji dan Bukti)

Artikel sebelumnya, sudah saya jelaskan tentang pentingnya positioning dalam pemasaran. positioning itu apa se? positioning itu adalah usaha menciptakan sebuah identitas dalam pikiran sebuah pasar sasaran. terlalu rumit ya? ok, simpelnya, positioning dalam pemasaran adalah JANJI kita kepada konsumen kita.

So apakah cukup saja buat kita hanya ngumbar janji belaka?? akan percayakah pasangan kita, kalo kita cuma bercuap2 ria, “Dek cuma engkau seoranglah yang ada di hatiku“..tanpa kita berusaha untuk berbuat sesuatu yang menunjukan bahwa kita ini memang setia, BETUL-BETUL setia??….

Disinilah peran Diferensiasi bermain, nah pertanyaannya sekarang, apa se Diferensiasi itu? Memang secara pengertian, diferensiasi bisa berarti sebagai cara kita sebagai produsen untuk membedakan produk kita dengan pesaing kita, kata kuncinya disini: UNIK.  itu kalo orang jawa bilang: “saklek“, secara simple, Diferensiasi itu hakikatnya ‘bukti’ dari ‘janji’ kita kepada konsumen kita, ya karena dalam positioning itu pun juga terkandung unsur-unsur unik juga. Lo kok bisa? pemahaman tentang konsep positioning dan diferensiasi ini di latar belakangi oleh situasi pasar saat ini.

seperti kita ketahui, bahwa saat ini, situasi pasar di dunia, pun di Indonesia, bersifat “explosion of choiceledakan pilihan!! coba kita perhatikan betul2, hampir di semua kategori/jenis produk pasti ada pesaingnya, kompetitornya. dari sepeda motor sampe makanan, dari perguruan tinggi sampe tukang pijat, itu ada semua pesaingnya.

Nah kalo dengan kondisi penuh persaingan ini kita tidak berjanji dan berusaha untuk tampil berbeda, different, unik, ya resikonya produk kita akan dianggap sebagai produk komoditas, standar-standar saja, gak ada yang spesial di dalamnya. kalo sudah dianggap komoditas, maka tidak ada loyalitas konsumen di sana, konsumen dengan mudah berganti produk tanpa ada penyesalan (nah lo, kalo sudah gini kan bisa berabe!!)…

So be Unique, Different!!

Penasaran dengan Pemasaran II

Baru beberapa hari terakhir ini, saya menyadari bahwa pemahaman teman-teman mahasiswa tentang manajemen pemasaran ataupun strategi pemasaran, dan bahkan pemasaran itu sendiri ternyata melenceng jauh dari apa yang saya jelaskan. Tapi tunggu dulu, kalimat itu bukan berarti saya meragukan kemampuan logika dan analisis teman-teman mahasiswa. Pun melenceng jauh itu bukan berarti salah kaprah, dalam arti saya yang benar, mereka yang salah, oohhh noo, is not like that, seriously…

Pemahaman mahasiswa yang nylentang tentang pemasaran maksudnya adalah bahwa yang melakukan pemasaran itu hanyalah perusahaan-perusahaan pembuat produk (barang/jasa) + perusahaan ritel, titik. Itu saja…lintunipun mboten nate nglakoni yang namanya pemasaran. Di sinilah yang menjadi ganjalan saya, bahwa jika yang melakukan pemasaran hanyalah para produsen, maka saya harus jujur mengatakan bahwa: sejauh yang saya pahami tentang pemasaran, itu masih sempit …

Pemasaran itu ada dimana-mana, mulai dari tukang becak sampai anggota DPR, dari mahasiswa sampe dosen, dari anak, suami, istri punnnnn…sadar tidak sadar, suka tidak suka, mau tidak mau, kita semua pasti melakukan yang namanya pemasaran. Gak percaya? Ok, kita ambil satu contoh sederhana saja, dalam pemasaran kita mengenal istilah “positioning”, perlu agan2 ketahui, bahwa positioning ini bukan tentang penempatan produk kita, dalam arti produk kita di jual dimana, bukan itu. Pun juga bukan tentang tentang posisi perusahaan kita terhadap pesaing kita (yang pemimpin yang mana), bukan juga. Menurut Hermawan Kertajaya, positioning itu ibaratnya “janji” kita kepada konsumen kita, terlepas bahwa positioning menurut ahli pemasaran lainnya adalah tentang cara kita membuat konsumen mempersepsikan produk kita lebih positif.

Nah, kembali ke contoh, tentunya anda atau kita sajalah wes biar kesannya saya tidak menuduh anda, pernah atau sudah punya yang namanya pasangan (pacar/istri/suami), ya kan? Dan saya yakin kita pernah “nggombal” ke pasangan kita ya kan? “Dek, engkau memang bukan yang pertama dek, tapi yakinlah, bahwa engkau adalah yang terakhir buat akang, dek”, dan si adek pun menjawab, “dapurmu mas mas, kita masih SD kok, sudah ngomong begituan!”, ya to? (ngaku saja!!)…

Nah kata-kata janji yang diucapkan di atas, itu kan juga bicara positioning juga, karena kita sedang berjanji untuk setia kepada pasangan kita kan? Ibaratnya kan kita sedang melakukan cara agar pasangan kita mempersepsikan kita sebagai orang yang setia kan? Contoh di atas itu sudah termasuk pemasaran lo pren. Hal ini sering juga kita lakukan kepada konsumen kita, “pak produk kita ini jempolan lo pak (maksudnya ukurannya sak jempol :D), wes pokoke tok cer wes, dijamin lancar dah…”, kan hampir sama ya kan dengan contoh hubungan asmara di atas, sama-sama berjanji…

Jangan kan contoh tentang hubungan asmara seperti di atas, dalam agamapunnnn, ada lo pemasaran. Masih gak percaya??

Plus, bagaimana pembuktian “janji” atau positioning itu?…

Tunggu tanggal mainnya…sori, maksudnya penjelasan selanjutnya….

Penasaran dengan Pemasaran?

Assalamu’alaikum, pren..

how’s the day? Good? Alhamdulillah then, kalo Bad? Innalillah is the right word then hehehe…

but nevermind, kita harus tetep maju, bergerak ke depan, beraksi, biarpun kafilah menggonggong, anjing harus tetep berlalu (a: kuwalek gan!!, b: ya sori bosss, grogi nih , maklum msih newbie)…

Ok pren untuk kali pertama ini, saya hanya berniat berbagi pemahaman saya tentang pemasaran kepada anda yang memang tertarik dengan pemasaran, ato ‘terpaksa’ tertarik dengan pemasaran (yang ini biasanya kalangan mahasiswa yang lagi ‘terpaksa’ karena ‘dipaksa’ dosennya cari artikel-artikel tentang pemasaran).  karena ini masih postingan pertama saya, jadi mohon ma’ap selebar-lebarnya jika kualitas penjelasan saya yang ala kadarnya dan cenderung pateng pecotot… tapi harus saya tekankan kepada teman semua, bahwa saya BERSEDIA belajar dan SELALU belajar untuk menjadi lebik baik hehehe…

kembali ke pokok bahasan kita kali ini…

teman smua pasti sudah kenal dengan yang namanya Pemasaran kan ya? dan kalo ditanya apa se pemasaran itu, pasti anda bisa menjawab dengan BAIK, saya yakin itu dan tak pernah meragukan sedikitpun, meskipun ada peluang bahwa jawaban tersebut belum tentu BENAR atau PAS lah minimal….. maksudnya gini pren, saya ambil contoh saja ya, biar jelas (katanya, kalo pingin lebih jelas, sering2lah pake contoh) sering kali saya bertanya kepada para mahasiswa saya tentang apa se pemasaran itu? mereka pun menjawab dengan baik, dan jawabannya pun macam2….

ada yang mengatakan bahwa pemasaran itu adalah mengenalkan produk, ada lagi yang mengatakan sebagai seni menjual produk, ada pula yang mengatakan pemasaran itu identik dengan SPG, macam-macamlah…bahkan ada juga (paling parah ini!) yang mengatakan bahwa pemasaran itu cara ngapusi orang biar mau beli produk kita. semua jawaban ini sifatnya BAIK, tapi kurang BENAR..

jawaban2 tersebut memang mengandung unsur pemasaran, tapi tidak mencerminkan pemasaran itu sendiri. Bingung ya? hehe (pancen tak gawe bingung, ben dipandang expert dikit to). ini seperti menjelaskan atau menggambarkan seekor gajah, ada yang mengatakan bahwa gajah itu kuat, metekel, karena yang dilihat hanya kakinya yang besar, sementara yang lain mengatakan bahwa gajah itu panjang, karena kebetulan yang dipegang belalainya…

seharusnya deskripsi gajah kan lebih luas daripada itu ya to? lebih dari sekedar kaki, belalai, atau anggota tubuh yang lain. mirip lagu anak2 itu lo: Gajaaahh, binatanggg yang amatt besar, hidungnya panjanggg, telinganyaaa lebar, dst… Be-Gi-Tu juga pemasaran pren, pemasaran lebih dari sekedar menciptakan produk, lebih dari sekedar mempromosikan produk, lebih dari sekedar menjual produk. pemasaran melingkupi kesemuanya…

seperti pak Rhenald Kasali bilang, konsep pemasaran itu dimulai dari pasar dan berakhir di pasar pren. the maksud is? di mulai di pasar adalah menganalisis kebutuhan konsumen. maksudnya lagi bahwa pemasaran itu sudah terjadi ketika anda sedang menganalisis apa se yang dibutuhkan masyarakat/konsumen sekitar itu? apa se yang dinginkan? itu pren, sudah masuk di dalam ranah pemasaran, so jauh sebelum mempromosikan produk lo pren…

berakhir di pasar maksudnya adalah bahwa kita bisa memenuhi kebutuhan konsumen tersebut dengan menawarkan produk kita, yang merupakan hasil analisis kebutuhan/keinginan konsumen tersebut. la penjelasan ini juga yang membedakan antara pemasaran dan penjualan pren

kalo penjualan, kita cuma sokor dodolan, ora peduli butuhe wong2 ki opo, “aq isone mung nggawe krupuk kok, yo  aq dodolan krupuk to yo (jualan saja, tidak peduli yang dibutuhkan orang-orang itu apa, saya bisanya cuma buat krupuk kok, ya akhirnya ya jualan krupuk to yo)“…

la kalo pemasaran, kita cek dulu, “mbah, njenengan niki butuhe nopo? tempe? sanes kerupuk mbah? nggeh pun, mangke kulo damelaken ingkah katah…yutrone gampil pun, pokoke tunai hehehe (Nek, nenek ini butuh apa se? tempe? bukan krupuk nek? ya sudah, nanti saya buatkan krupuk yang banyak..uangnya nanti saja, pokoknya tunai hehe)”…akhirnya berdasarkan analisis kebutuhan si mbah tadi, kita buat produk berupa tempe untuk memenuhi kebutuhan si mbah tadi….

See the difference, guys??