Ngasal in the morning….

Pagi ini, ruang Lab Komputer C , saya, KRSan…

Saya: bu Dwi, ibu gak pake aplikasi social media tah bu?

Ibu: ndak pak (sambil geleng kepala)

Saya: bbm, whatsapp, line, kakaotalk? Ndak blas?

Ibu: tetep geleng2 kepala..

Saya: wow, kenapa bu? Padahal saya yakin ada beberapa promotor (maklum beliau lagi kuliah S3) yang pasti bisa dihubungi lewat whatsapp lo bu? Kan lbh hemat bu..

Ibu: iya betul sih pak, dan bahkan ada beberapa promotor yang baru bersedia dihubungi lewat whatsapp. Dan betul saya menderita untuk itu pak. Tapi meskipun begitu, saya tetep pada keputusan untuk tidak menggunakan social media. Karena menurut saya, lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya,kalau saya sih pak…

Saya: hehehe, setuju pool sama ibu. Saya juga mikir gitu kok bu. Sosial media sebagai dampak perkembangan teknologi informasi punya kemampuan untuk mendekatkan yang jauh ya bu. Tapi….di satu sisi…

Jika kita tidak cukup bijak menyikapinya, akan menjauhkan yang dekat kan ya bu. Qt ngobrol dengan teman dan rekan sampai lupa waktu dan lupa tempat, kebawa2 sampai d rumah. Akhirnya, yang dirumah do pateng keleleran dewe2,

Memang harus saya akui, dengan social media atau instant messaging membantu dalam pekerjaan kita (lek kerjo, lek gak?), koordinasi bisa lbh mudah dan lbh cepat dilakukan. Begitu juga dengan sharing information.

Ibu: nah itu dia pak, mangkanya saya gk mau pake, memang ada manfaatnya tp mudharatnya lbh banyak..

Saya: saya dulu bu, facebook on, twitter jalan, bbm nyala, pinterest ada, tumblr juga sempat, line pernah pake juga. Awalnya merasa keren bu, wah jan, gue adalah orang selalu up to date dengan informasi terbaru, follow akun pujaan gue, selalu connected dengan temen2, temen deket, temen sekolah, temen kuliah, sampai temen kerja , jadi kalau ada apa2, gue cepet tau (dalam hati).

Tapi lama kelamaan kok rasanya eneg gitu ya bu? Eneg seperti kalau qt makan nasi pecel gitu. Kali pertama, kedua, masih enaklah, tapi begitu ke sepuluh, ke lima belas (dengan jarak waktu yang relatif sama) mulai ndak enak. Ya semacam hukum Gossen ya bu paling hehehe.

Saya sampai pada titik dimana saya akan mengatakan kepada mereka “wes talah ra sah mok share informasi macem2, malah mbarai aq bingung. Lek aq butuh mben, tak golekane dewelah. Lek aq butuh awakmu, tak hubungi kok

Belum lagi kemampuan otak saya sendiri (khusus saya sendiri, pernyataan ini tidak mewakili penjelasan tentang kondisi otak salah satu penghuni bumi ini) yang sangat terbatas. Dengan social media sebanyak itu kan berarti “kucuran” informasinya akan deras sekali bu. Akhirnya, gelagepen saya bu hehehe..

Dan mangkellah saya bu, pegel2, saya hapusi social media saya bu, facebook, twitter, bbm, pinterest, dll, kecuali whatsapp bu, saya gk sefrontal ibu sih hehehe…

Inilah obrolan saya dengan temen kerja saya, bu dwi, temen-temen boleh simpulkan sendiri apa pesan dari coretan ini. Boleh fokus kemana-mana. Boleh juga anda simpulkan bahwa kami berdua tak cukup bijaksana dalam bersikap. Tapi setidaknya kami cukup bijaksana untuk tau bahwa kami tidak cukup bijaksana…

“orang bodoh adalah orang yang sangat bodoh untuk tidak menyadari bahwa dirinya bodoh”

Namanya Mulyono…

Namanya Mulyono, tetapi orang lebih suka memanggilnya Cak Manteb, sebagai mana tulisan yg ada di gerobak dorong, tempat dia berjualan nasi goreng keliling kampung dan perumahan dekat rumah. Cak Manteb selalu berjualan nasi goreng di sekitar perumahan dan kampung tempat saya tinggal, berangkat dari sore dan pulang menjelang tengah malam. Selalu begitu. Dan mungkin skrg, saya akan menyebutnya dengan sebutan “beliau”, karena besarnya rasa hormat saya pada beliau, ya meskipun pekerjaannya hanya penjual nasi goreng keliling, tapi beliau telah mengajarkan hal yang penting kepada saya, mungkin lebih tepatnya mengingatkan kepada saya tentang sebuah prinsip dalam menjalani hidup ini.
Toh juga tak masalahkan engkau bekerja dimana, posisi apa, sebagai apa, yang penting niatmu bekerja apa,
“al’amalu bin niyyat”…
Pekerjaan dimulai dr niat, kalau dibalik, niat akan menentukan pekerjaan.
Ah Cak Manteb, betapa engkau ini bagaikan makhluk tuhan yang memang dengan sengaja Dia kirim untuk mengingatkanku…
==============
Malam itu, selepas isya’, saya mengendarai motor berkeliling mencari cak Manteb, tujuan saya pertama kali, jelas, masjid. Ya karena setiap maghrib dan isya’, beliau pasti berhenti di masjid perumahanku, sholat berjamaah, lalu keliling lagi, dan slalu begitu, every single day. Simpel sekali…
Dan benar saja, ternyata gerobak dorong cak Manteb masih di sana, Alhamdulillah pikirku, saya pun memesan nasi mawut 4 porsi pesanan ayah saya yg baru pulang dr luar kota, dan belum sempat makan.
Sambil menunggu, sayapun ngobrol dengan cak Manteb, temanya pun macam-macam, dan cenderung tidak runtut, loncat ke sana ke sini, wong niatnya ya cuma agar mencairkan suasana saja, jadi ya sak njeplake, dan dari obrolan tersebut, saya bisa mengetahui sedikit lbh jelas siapa sosok cak Manteb ini, seperti, ternyata beliau sudah berjualan nasi goreng keliling sdh lama, sejak tahun 90an, dan itupun di awalnya di Makassar, tempat mengadu nasibnya selama bertahun-tahun, sebelum pada tahun 2012, kembali ke Jawa, alasannya Simpel, “ora krasan”…
Menariknya adalah ternyata beliau juga menyekolahkan anaknya, putri tertuanya ke pondok pesantren terkenal Gontor putri. Wow, saya terkejut, untuk seukuran penjual nasi goreng keliling lo ya, sekaligus salut atas kegigihannya beliau yang sangat peduli pada pendidikan dan masa depan anaknya.
Sampai pada akhirnya, entah apa pertanyaan yg saya ajukan padanya, hingga beliau berkata…
“kulo niki lek gemrungsung malah mboten entuk yutro lo mas, lo saèstu, mangkane kulo mboten terlalu ngoyo mas, biasa mawon, lek pun wayahé bidal nggeh bidal, wayahé maghrib lan isya, nggeh teng masjid rumiyin, mantun niku lanjut maleh mubenge, lek kesel, lèrèn, lek sampun dalu, kok taseh katah sego kulo, nggeh ngetem teng celake toko beras mriku, pun ngoten mawon, niku mben dinten lo mas, tapi kok nggeh alhamdulillah, kok nggeh wonten mawon rejekine, kulo pun haqqul yaqin kalean Gusti Allah, rejeki kulo pun wonten, dadi kulo mboten kesusu, nggeh budal kerjo mawon”
Whaaattt?? Ya Allah ya robbi, makhlukmu yg satu ini, yang ada d depanku saat ini telah mengejutkanku dengan kata-katanya, kalimat itu terdengar biasa bagi orang lain, tapi tidak bagiku, dan aku yakin Engkaupun juga begitu, kalimat itu menunjukan betapa tawakkaltu’allallahnya sangat tinggi, betapa kepasrahan kepadaMu ya Rob sdh di level advance, sungguh mengagumkan, aku yakin para malaikatMu pun ikut terharu, begitu juga saya, andai saya tidak malu dianggap cengeng, sudah mberebes mili mata ini, berlinang air mata, nangis bombai…
Dunia ini telah beliau rendahkan serendah-rendahnya, beliau yang menguasai dunia, bukan sebaliknya…
Disaat kami semua dikuasai dunia fana ini, beliau dengan entengnya menguasainya…
di saat kebanyakan orang di muka bumi ini mengatakan bahwa dunia sudah berputar sangat cepat, dan karena kecepatannya itu kita harus menyesuaikan, ikut2an gerak cepat, agar jangan sampai tergilas olehnya, beliau dengan entengnya mengatakan “gak pate’en” kepada dunia ini..
Di saat kami semua tidak percaya dengan rejekiMu ya Rob, dia memilih percaya sembari berusaha…
Matur nuwun sanget ya Rob atas hikmahMu…

Dominasi, antara ada dan tiada…

Sudah jamak bagi qt, bahwa jika qt bicara tentang dunia perhapean, dan lebih spesifik lagi, konteks Operating System (OS), betapa Android sangat berjaya saat ini terhadap para pesaing nya, bahkan iOS sekalipun yang milik Apple pun harus mengakui keunggulan Android kok. Mengenai data dan fakta, silahkan  dicari sendiri lah ya, Googling, sudah banyak kok….
Android sangat mendominasi secara umum di industrinya, yg kalau diteruskan lagi, Samsung juga, dan kalau di tarik ke belakang, maka Google lah yang menjadi pusat perhatiannya, ya maklum karena dia memang yang punya Android saat ini…

Dominasi…

Sebuah kata yang menunjukan situasi dimana satu pihak mengungguli pihak lainnya, umumnya situasi ini dilihat dari tingkat penjualan.
Problemnya sekarang adalah apakah “dominasi” itu benar2 dominasi?? Dan apakah dominasi itu sendiri memang betul2 ada? Atau mengada ada malah?
Dalam kasus Samsung dengan Apple, meskipun bertengkar sengit, tapi dibalik itu semua, ada hubungan yang unik, dimana keduanya saling membutuhkan antara satu sama lain. Lo kok bisa?? La wong salah satu komponen iPhone itu ada yg dari Samsung kok. Samsungpun sesungguhnya banyak meniru Apple, ya cuma memang Samsung sangat akseleratif dalam pengaplikasian inovasinya, sedang Apple ndak, gitu aja. Banyak patèn-paten apple yg dipakai untuk produk Samsung.
Jadi saya sering mesem sendiri kok kalau baca beritanya mereka berdua, koyo koyo o lek bengkerengan e sengit tenan, eh tapi kalau di cek lbh dlm lagi, ada hubungan yg seru di antara keduanya, dan sifatnya saling membutuhkan.
Mangkanya saya setuju banget dengan wacana bahwa perseteruan antara Samsung dengan Apple sebaiknya di akhiri saja, drpd gegeran terus, mending “menikah” lah, Woooiiii sangar pol pastinya nanti, krn ada sinergi antara keduanya…
Saya termasuk yang tidak percaya tentang adanya dominasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Kalau ada yang mengatakan bahwa yang kuat mendominasi yang lemah, well saya tidak melihatnya seperti itu…
Saya melihatnya begini kok, bahwa si kuat membutuhkan si lemah, begitu juga sebaliknya, si lemah membutuhkan si kuat, so kerja sama saja lah…
Kesimpulannya adalah..
Sesungguhnya Samsung dan Apple itu saling membutuhkan, gitu looo…
Dominasi itu kan identik dengan menguasai kan ya?
Dalam spektrum yg lebih luas, di kehidupan ini, kita mengenal dikotomi-dikotomi, ada kuat-lemah, Pintar-bodoh, kaya-miskin, dst…
Dan banyak dari kita yang memandang bahwa yang pintar menguasai yang bodoh, sebagaimana yang kaya menguasai yang miskin, well be careful dengan sudut pandang ini, sudut pandang yang menunjukkan adanya dominasi ini bisa menyesatkan, dan sepertinya memang begitu..
Karena hubungan yg ada bukan dominasi kok, tp saling membutuhkan..
Ah mosok seh?? Loh la piyé? La kalo seluruh kotamu iku isine wongé sugihhhh kabeh, utowo puinterrr kabeh, saya yakin itu nanti endingnya bukan kebaikan, malah kekacauan, lo La kalo semuanya orang kaya, la terus sopo sing gelem panas2 mènèk ondo numpuk boto? Sapa yg mau meniup peluit untuk menata parkiran? sapa yang bersedia mengayuh becaknya demi sekian ribu rupiah? Kalau sudah kaya, itu wes to males tandang gawe sing kasar2…
Kalau qt memahami ini, maka yg terbaik bt keduanya adalah saling menghormati dan menghargai, yg kaya gk usah sombong, yg miskin ya gk usah mangkel, gk usah protes, gk trimo..
Semua punya peran sendiri2…

Marketing: Bola Sepaku dan Bola Basketnya

Ocehan saya kali ini adalah tentang dunia olah raga, dan lagi-lagi tetep hubungannya dengan pemasaran kok (tidak berhubungan dengan tata boga, teknik nuklir, dan kesehatan gigi) so kalo ada yang mencari tema hubungan seperti itu ya mohon maaf dengan sangat, saya harus mengatakan bahwa anda kesasar kali ini. sori ya.. 🙂

oke, lanjut…

Barusan saja saya baca koran Jawa Pos edisi hari ini, lebih tepatnya rubrik SPORTAINMENTnya. namanya Sport kan ya pastinya bicara olah raga kan begitu. dan bidang olah raga yang digandrungi di negara kita tercinta ini kan ya paling-paling nglutek di sekitar sepak bola, basket, badminton, dan balapan motor, dan mungkin tinju juga. Nah ketika membaca rubrik Sportainment itu perasaan saya selalu campur aduk. ada sedihnya, ada senengnya. dan ini sudah berulang kali dan saya mengalaminya sudah lama juga.

Kenapa kok sedih? saya sedih karena setiap membaca bagian Liga Indonesia (sepakbola) itu mesti beritanya berisi tentang masalah-masalahh saja. ya saya yakin teman2 pembaca sudah pada tahu masalahnya apa dan tidak perlu dijelaskan di sini, wong memang bukan itu yang saya obrolin kali ini, sepakbola indonesia cuma saya pakai sebagai bahan perbandingan saja dengan apa yang sesungguhnya nanti saya bahas.

terus senangnya? saya senang karena ketika sepak bola Indonesia sedang berhenti, bola basket Indonesia mulai bergerak maju. dan terus terang saya kagum sekali dengan sepak terjang perbasketan Indonesia ini. hebat banget. dan yang paling bikin ngiri saya adalah basket indonesia dimulai dari usia remaja, antar sekolah, antar SMA. dan ada kompetisinya, DBL (Detik Basket League) berjalan rutin, di kelola secara profesional.

sepakbola kita itu aneh lo menurut saya, lo kok bisa? ya bisa, coba dilihat dari sisi prestasi, ada nggak yang mentereng dari sepakbola kita, kan ndak ada. dan bahkan masih kalah jauh dari bulu tangkis/badminton kita. badminton kita bisa juara olimpiade, thomas uber pernah, gelar pemain bulu tangkis terbaik dunia juga pernah dapet.

tapi kalo bicara militansi loyalitas..wuuhhh beda jauh, saking loyalnya masyarakat kita, kita mengenal istilah “bonek” atau bondo nekat dari surabaya

nah yang menarik di sini adalah bagaimana DBL itu rutin di publish di Jawa Pos, bahkan diberi porsi yang sama besarnya dengan Liga Indonesia dan Total Football. berita terakhir berisi tentang semacam laporan kunjungan tim DBL all-star ke Seattle AS.

saya pun berandai-andai kapan ya sepak bola kita bisa seperti itu? kapan ya ada kompetisi sepak bola antar SMA yang reguler dan rutin di jalankan? ah pikiran iseng ini memang sungguh TERLALU…

Sederhana tapi Mengena

tadi pagi sy barusan ngobrol sama seorang mahasiswi, kami ngobrol tentang BBM Android yg dia pakai, tapi yang akan saya pakai sebagai fokus perhatian untuk tema kali ini bukan pada BBMnya, tapi respon dr obrolan kami.
karena saya dan si mahasiswi tersebut Sama-sama punya pin BBM, maka wajarlah kalau nginvite2 jg..
“ayo pak, invite dong”
“Ah nggak ah, ntar statusmu galau terus, yg mbaca males, tau sendirikan, galau itu contagious lo, nular, n saya emoh ketularan galau, hehehe”
“ya ampun pak, galau saja lo, anak muda pak”
sampai di sini saya tidak teruskan obrolan tersebut, sy langsung pergi saja, karena ada keperluan.
saya sebenarnya lebih karena males saja nanggepi (betul dosen itu pendidik, tidak sekedar pengajar, jd mohon maaf kl tindakan saya tidak mencerminkan hal tersebut), tapi kenapa kok saya pergi saja, karena…
orang seringkali berfokus pada hal-hal yang bombastis, dramatis, membahana, besar, gouedueeee. tanpa menyadari bahwa hal-hal yg besar, dramatis n bombastis itu seringkali berasal dari hal-hal yang sederhana..
kalau saya punya rumus bahwa kebanyakan orang yang bunuh diri itu disebabkan kegalauan yang dia pelihara secara terus menerus? boleh ndak saya ngomong gitu? logika sederhana saya mengatakan bahwa statusmu adalah karaktermu, setiap hari menulis status galau lama-lama akan menjadi kebiasaan, kebiasaan lama-lama akan menjadi karakter, nah rumus ini yang tidak banyak diketahui…
begitu juga bahagia, bukankah bahagia itu sederhana? bagi saya, bahagia adalah ketika saya bisa guyon dengan anak istri saya di akhir minggu, ketawa terbahak bahak, atau lari pagi keliling perumahan bersama mereka, lalu setelah itu makan pagi di warung pecel, ya sesederhana itu…
dan saya sangat menjaga diri terhadap kegalauan, kegalauan bagi saya adalah bentuk ketidakbersyukuran kita kepada Tuhan  kita. dan saya tidak mau dianggap sebagai hamba yang tidak bersyukur olehNya, mengingat pemberianNya sudah begitu banyak diberikan pada saya.
saya sudah diberi anggota tubuh yang sehat, kuat, lengkap, saya masih bisa bernapas, saya punya istri yang cantik, anak yg lucu, pekerjaan yang seru, dan seterusnya. begitu banyaknya, sampai saya susah menyebutnya. dan saya malu betul kalau saya masih merasa tidak nyaman atau puas atas situasi yang saya hadapi…
malu betul saya…
apa yg saya katakan ini, murni dari diri pribadi saya, saya tidak sedang mengajak, atau bahkan memaksa anda kok.
setiap orang dengan keputusannya sendiri sendiri…

Indonesia: Antiteori…

Indonesia betul-betul antiteori, minimal ini yang saya rasakan ketika banyak memperhatikan, banyak berbicara dengan beberapa pelaku, penderita ekonomi di sini saat ini. banyak hal-hal yang diluar teori, rumus, atau bahkan persamaan-persamaan baku yang kita temui di sekolah dan universitas. la kok bisa bos? saya kasih contoh gini, secara teori, kalau ingin menikahi seorang wanita, kita sebagai seorang pria, harus punya modal dahulu, ya minimal punya pekerjaan tetap dulu. ha la, tapi ini nggak e, kalau di sini, jelas-jelas nggak punya pekerjaan, rabi, nduwe anaaaaakkk teruss, nanti kalau ditanya, modalmu opo le? Bismilah pak, nah luuh…

dan ini banyak terjadi…

Situasi diatas bisa ditambahi dengan kredit sepeda motor, atau mobil, atau bahkan kontrak rumah dulu.

simpelnya apa sih, nekad, dan nekad itu tidak ada rumusnya, yo nekad saja, sudah cukup..

itu yang pertama…

yang kedua, sesungguhnya kemerdekaan kita juga terbantu dari “kenekadan” tokoh-tokoh kita kok, ketika itu ada kekosongan/ketidakjelasan penguasa di Indonesia, na pas itu terjadi, tokoh-tokoh kita memanfaatkan betul momen tersebut, kalau menurut saya lo ya, yang paham betul tentang sejarah negara kita, monggo saya diberitahu, benar atau salah. contoh lain lagi, kota pahlawan, Surabaya, juga dikenal tentang kenekadannya ketika mempertahankan kotanya, rakyat Surabaya hanya bermodal pring di landepi (bambu runcing), dan yang dihadapi pake senjata pistol, dan itu menang gitu lo, la ini sangat tidak logis, pring lawan pistol bisa menang i lo? lo yo opo se? dan akhirnya dari Surabaya jugalah terkenal dengan istilah “Bonek”nya, Bondo Nekad..

itu juga berlaku saat ini, betapa menjamurnya kartu kredit saat ini, mungkin ada hubungannya dengan nekad tadi, ya silahkan dikaji lah, pokoke bayar sek, masalah nyicil urusan belakang. itu dari sisi konsumen/pengguna. la sisi penjual, ya gitu juga, nantikan ada istilah “engkok lak moro-moro dewe” maksudnya konsumen kita itu nanti datang sendiri kok, tenang saja. gak perlulah macem-macem, pokoke ndang di buka tokone. gitu…

jadi langkah-langkah manajemen pemasaran yang baik, yang canggih, yang ribet setengah mati itu tidak dilakukan, tapi terbukti bisa juga gitu looo…

peh jan, hebat benar masyarakat kita ini, bangga bener saya…

dan apa yang saya bahas tentang nekad ini tidak berarti negatif, malah sebaliknya positif banget. cuma mari kita kaji bersama, yang membuat kita nekad, itu apa. seperti hukum sebab akibat, nekad itu ada di posisi akibat, la penyebab timbulnya nekad itu apa. ini yang menarik, apanya gitu lo…

mungkin sebaiknya kita tak perlu banyak berkiblat pada dunia barat, ke negara kita sendiri sajalah, kita pelajari mendalam situasi yang ada di sini, kita kaji, kita buat teori, lalu kita lempar teori tersebut kepada dunia. jadi bukan kita yang belajar pada dunia, tapi dunia yang belajar ke kita, gitu looo…

sombong-sombong sedikit kan gak papa. jangan minder saja kerjaannya.

kesimpulannya, belum Indonesia tulen, kalau belum nekad…

Timezone

Setelah beberapa “dekade” dalam kekosongan dan tanpa update artikel, ah, bukan artikel ding, ocehan di blog saya ini, sekarang saya memutuskan untuk ngisi lagi ;-). Maaf, sdh sangat jarang saya nulis, karena fokus pada urusan lain, apa itu? Twitteran, heleeehh, ndak2, ya keperluan studi n kerjaan saja.

Hehe wokeh, mari kita lanjutken..

Teman2 pasti sudah tau smua apa itu timezone pastinya. Sebuah merek tempat bermain bagi anak dan keluarga (dan bisa jadi ortunya juga). Timezone menawarkan berbagai macam jenis permainan dengan berbagai macam sensasi pengalamannya. Mulai lempar bola basket, pukul2an, lalu dance (gk tau namanya saya, utk yg satu ini, bs dianggap sbg olahraga juga deh, karena hampir smua org yg pernah saya lihat, setelah main game tersebut, selalu banjir keringat, akibat pencilakan n pecicilan nggak karuan barusan) sampai balapan mobil (ada yang namanya midnight apaa gitu, untuk maen si midnight ini, saya harus antri lamaa banget :-/, saking populernya).
Dalam perluasan pasarnya, timezone selalu “numpang” ke mall2. Well, saya kira logis ya, dengan berada di mall, itu akan sangat meringankan timezone sendiri dlm mencapai konsumen sasarannya. Mall sekarang sdh jd tempat rekreasi yg umum bg sbagian besar masyarakat, sdh jd smacam rutinitas lah, bs sminggu skali, atau sbulan sekali, khususnya tgl muda, kayak saya :-P.
Utk membuat konsumennya lbh terbius dengannya, timezone membuat sistem tiket, yg kalo tiket itu dikumpulkan mencapai jumlah tertentu, tiket tersebut bisa ditukarkan dengan beberapa barang/hadiah.
Nah, di sinilah fokus saya tentang si timezone ini, khususnya sistem tiketnya berikut hadiahnya itu. Karena setelah saya perhatikan lbh teliti lagi, sebetulnya hadiah tiket dr timezone itu lebih murah jika kita beli lgsg ke tokonya, ketimbang kita ke timezone dulu, kumpulin sejumlah tiket, tukerin, baru dapat barang tersebut, ya nggak? Dan tentunya lebih pasti dapetnya kan kalau beli langsung di toko, karena tidak perlu “berjuang” menang bbrp poin dl, belum lagi faktor “lucky”nya itu loo…
Baca lebih lanjut

Antara Ramadhan dan Hari Raya

Tak terasa sebentar lagi hari raya akan tiba. Sudah siap kuenya? Sudah goreng kopinya? Baju2 baru sudah disiapkan juga? Sandal? Sepatu? Celana? Hape? Atau yang lain mungkin? Kalau sudah, wow hebat sekali dong..
Tapi terus terang, saya betul2 bingung dengan pemahaman yang satu ini. Bahwa lebaran itu identik dengan barang “baru”, barang baru seperti apa? Ya seperti yang saya tulis di atas tadi.
Memang makna ‘idl Fitri itu adalah kembali ke fitri, suci, fitrah awal dimana manusia itu suci, baru, tanpa dosa, jek kinyis-kinyis, fresh from the oven. Namun semua itu tak ada hubungan sedikitpun dengan barang baru. Idl Fitri itu bicara tentang hal yang sifatnya abstrak,
Masalahnya sekarangkan banyak yang menganggap lebaran/idul fitri identik dengan barang baru itu tadi. Padahal kalau ditilik dari logika sederhanapun, kok rasanya gak mungkin ya, agama itu menyuruh kita untuk
Memakai barang baru di hari raya nanti, rasa-rasanya kok juga nggak ada ya hadist nabi yang menyerukan hal seperti itu, atau mungkin juga karena keterbatasan ilmu saya kali ya. Sayanya yang luput utk memastikannya..
Makanya saya sering bingung dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, lo kok nggak pake baju baru? Sandal barunya mana? Jam? Kok dari dulu bajunya sama saja sih? Kalau sudah gitu. Saya hanya diam saja, meskipun dalam hati nggerundel juga, “so? Itu masalah buat eloh??”, yang lebih repot lagi adalah ketika tidak mempunyai barang baru, sesuatu yang baru, lalu disimpulkan dengan semena-mena, “eh kok bajunya dari dulu sama terus sih? Miskin ya??” ya sallaaaammmm…
Yang Itu masih satu hal, hal lain yang membuat saya bingung adalah bertambah borosnya bugdet saya dalam bulan puasa ini ketimbang di bulan lainnya, terutama untuk konsumsi sehari-hari. Lo lak aneh a ya? Padahal kalau bulan puasa seharusnya kan bisa lbh irit, wong makannya cuma dua kali, beda dengan di hari2 biasa yang sampe 3 kali..
Dan setelah saya slikidi lbh teliti lagi, ternyata saya pake konsep “balas dendam” ketika berbuka. Dulu, di hari2 biasa, air putih itu sudah cukup bt saya, tp begitu masuk bulan ramadhan, ya ampun, nggak marem kalo ndak minum es. Kalau dulu makannya nasi sama tempe sambel bawang, wih pas puasa2 gini, minimal ayam goreng lah…
La kalau kayak gitu yo mesti ae.. Jebol bandare…Hadeww..
Puasa kan maknanya menahan kan ya? Tapi tidak cukup menahan dari yang membatalkan puasa, tapi juga menahan untuk tidak mengambil keputusan berdasarkan nafsu keinginan belaka juga, saya kira sih
So ketika kita memutuskan sesuatu hanya berdasarkan keinginan belaka, tanpa didasari logika, alasan yg jelas/ mungkin juga shar’i, maka kita perlu mempertanyakan lagi keputusan itu. Contoh simpelnya bisa teman2 baca lagi pengalaman saya pribadi di atas.
Nah puasa ini lo momentum kita untuk melatih hal tersebut.
“telat mas, sampeyan ngabari kok yo mepet riyoyo, posone wes kate buyar mas”
“ah ya ndak papa, biar telat asal selamat”…
….

Posted from WordPress for Android

Eksklusifitas di Dunia Handphone (Nokia dan Blackberry)…

saya betul-betul sedih melihat perkembangan Nokia akhir-akhir ini, penjualan mereka menurun, jika penjualan menurun, maka pendapatan menurun, la kalo pendapatan menurun, terus mbandani operasional perusahaan, terutama sekali adalah mbayari karyawanipun ndamel nopo den mas bagus? ndamel godong luntas? akhirnya jalan pintas yang paling malas pun diambil Nokia, apa itu? merumahkan sekian ribu karyawannya, hadehhh…

OS (Operating System) yang digadang-gadang dapat mengalahkan (lebih tepat mengimbangi sih) kedigdayaan Android, dengan frontmannya si Samsul, halahh..Samsung, eh malah tidak banyak membantu…

OS apa itu? ya, saya yakin teman2 tahu semua kok, OS Windows Mobile milik microsoft…

jujur saja, secara pribadi, saya masih care sama nokia ini, merek ini sudah menemani saya sejak saya kuliah S1 dulu. saya tahu betul citra dan kualitas yang di bawa merek ini, dan sampai sekarangpun masih mengikuti perkembangan mereka. hp terakhir saya pun juga Nokia juga…

Nokia, dulunya, adalah raja hape, raja dengan segala kehebatannya, top markotop deh, mereka menikmati betul posisi sebagai “raja” ketika itu. menjadi trend setter, menjadi penentu harga hape di pasaran, jadi rebutan ritel karena termasuk dalam kategori produk fast mover, banyak dicari konsumen, dan punya posisi kuat di benak konsumen, simplenya, “hp yang bagus? ya Nokia”…

Dan posisi ini, dinikmati oleh Nokia dalam rentang waktu yang tidak sebentar, kalo ndak salah, 10 tahun lebih ya? mohon dikoreksi ya kalau salah. dan sebagaimana seseorang yang berkuasa terlalu lama, maka semakin besar kemungkinan bagi orang tersebut untuk terjangkit penyakit yang bernama “Post-power syndrom”. untuk pemahaman dan pola pikir bahwa situasi sekarang adalah seperti ini, Nokia telah paham benar tentangnya, beberapa staf Nokia yang sempat di wawancara di media-media juga membenarkan itu, bahwa Nokia harus berubah jika tidak ingin terperosok lebih dalam lagi. tapi, sayangnya langkah yang mereka ambil belum membantu.

Selain itu…

Nokia bisa jadi terlambat menyadari bahwa eksklusitifas hardware dan software sudah bukan lagi menjadi pondasi kesuksesan dalam industri mobilephone. dulu nokia menjadi raja karena punya senjata keekslusifan di dua hal tersebut. saat itu, hardware atau komponen handphone belum banyak yang bisa ngimbangi, itu dulu, tapi sekarang? tetangga jauh kita saja bisa bikin produk dengan spek hardware yang sama dengan nokia. meskipun dengan tingkat kualitas yang lebih rendah, (eh bodo amat, yang penting laku walaupun palsu, dalam beberapa kasus bahkan sampai begitu)

sedangkan software, walah, kalau saya ceritain ini malah jadi semakin galau saja ntar yang mbaca. software andalan mereka dulu adalah symbian, mulai dari S60, S60v2 bla bla, sampai Symbian Anna. hanya nokia yang boleh pake ini, ya wajar yang bikin kok. nokia sempat sih bagi2 dengan merek lain, seperti Sony Ericsson, dan Samsung (mungkin, masih mungkin, saya sempat membaca, tapi saya males ngecek, koneksi lagi megap2), tapi hanya untuk segelintir tipe saja, tidak semua, dan kalau dilihat lebih bersifat insidiental saja, karena setelah itu ndak ada lanjutannya…

Tapi sekarang? wah temen-temen tahu sendiri, bagaimana android bisa berkembang cepat n pesat bak jamur di waktu hujan. karena android menawarkan konsep yang berbeda 180 derajat dengan symbian. android menawarkan keterbukaan, non esklusif, sinten mawon ingkang bade ndamel OS niki, monggo kerso, mboten nopo2, dan itu dilakukan tanpa mengabaikan sisi kualitas mereka. makanya banyak merek hp yang dulunya sempat megap-megap dan sulit bersaing, akhirnya bisa mulai bernafas normal lagi dan tancap gas sedalam-dalamnya dengan bantuan android ini. simpelnya begini mas bro pake saja OS android, dijamin lancar jaya mas bro. sebagai contoh Samsung, LG, Motorola, HTC. Samsung pun tidak akan sebesar ini jika mereka tidak memutuskan memakai Android. atau kalau pakai pemahaman terbalik, jika Android dibuat eksklusif, samsung, LG, Motorola, dan HTC akan tetep…ya gitu deh…

Tidak ada tempat bagi makhluk yang namanya eksklusifitas dalam industri ini, hal ini juga berlaku bagi blackberry dengan BBMnya, sekarang BBM sudah banyak saingannya. saya pun masih bingung dan heran juga dengan alasan teman2 yang memutuskan beli BB hanya untuk chatingan. OMG!! tak tahu kah anda bahwa terdapat banyak produk subtitusi BBM itu?? Whatsapp? Nimbuzz? Yahoo Messenger?? bisa tidaknya hape buat chatingan itu bukan dilihat dari mereknya, kalo bukan BB, ndak bisa pake chat. bukan itu. tapi spesifikasi hardware dan software hape tersebut. so selama hardware n softwarenya support kan ya sudah, tinggal install saja aplikasinya, tidak perlu beli hp baru, kalaupun sekarang hapenya ndak support, kan bisa beli hape dengan spesifikasi yang mendukung untuk chat kan ya, ndak perlu lah dibela2in beli BB juga…ya SALAAMMM…

“lo pak, temen2 saya banyak yang pake BB soalnya, kalo ndak sesama BB, ndak bisa”

“YA AMPYUUUNN…beberapa aplikasi chat yang saya sebutkan di atas itu bersifat multi-platform, beda hardware atau merek ndak papa, selama aplikasinya sama, kita sudah bisa chat”.

belum lagi, tolong pertanyakan lagi berapa sih sebetulnya intensitas chat kita perhari? jangan-jangan hangat2 tai ayam, rajin chat di awal, bosen di belakang. lalu ketika chating itu tema apa saja yang lagi diomongin? penting?…

Nokia dan BB bisa saja tetap bertahan KALAU mereka memang betul-betul punya senjata rahasia (eksklusitifas) mereka, tapi saya meragukan itu. terlepas dari sentimen negatif saya ini, saya masih punya sisa-sisa optimisme bagi keduanya, ya minimal dilihat dari track record Nokia dan BB itu sendiri, mereka bukan pemain kemarin sore, punya pengalaman banyak dalam menghadapi masalah, sejarah dan keberhasilan mereka di masa lampau sudah membuktikan itu. semoga…

Mahasiswa “bapak ngomong begini motivasinya apa pak? kok kelihatannya sentimen n agak sensi begitu?”

“curcol ya pak?”

“ndak, lagi propaganda…” Jawab saya, lalu ngluyur pergi…

Menulis Artikel

yap betul sekali, saya lagi ngobrolin tentang yang namanya menulis artikel. artikel lo ya bukan buku pegangan, buku pelajaran, ataupun  karya ilmiah, tidak sama sekali. saya tidak sedang membahas tentang tulisan yang bahasanya formal, diksi (pemilihan kata) sangat advance, tinggi, membuat dahi kita mengkerut, karena bingung dengan definisinya, dan sebagainya, dan sebagainya, bla bla bla…. oh tidak bukan itu. apa yang saya bahas adalah sebuah karya tulis pendek tentang sebuah tema yang relatif menarik untuk di bahas. pendek saja, ya kira-kira satu halaman kertas folio bergaris. Temanya bisa apa saja, terserah kita sebagai penulisnya.  kalau anda tertarik dengan kuliner, pakailah tema kuliner. kalau anda tertarik membahas sepakbola, pakai itu sebagai tema artikel anda. tertarik dengan musik? comot saja lalu pakai sebagai tema. La kalau fashion gimana? bolehlah, otomotif? silahkan deh, gadget? monggo kerso, no problemo. Gaya bahasanya juga bebas lo, bisa formal atau non formal, bisa lokal, bisa internasional, gaulpun juga boleh, dan kalau anda cukup hebat dan yakin mampu memahami dan membuat paham pembaca anda nantinya, silahkan saja, anda memakai bahasa isyarat atau lebih hebat lagi, pakai bahasa tubuh (itu gimana nulisnya?), ndak papa, ndak ada yang nglarang kok. kalau ada yang nglarang, bilang saya, ya cukup bilang saja, masak mau minta bantuan atau ganti rugi he…

lah terus kenapa sih kok saya sangat concern dengan hal ini? kelihatannya sepele ya. apaan sih menulis aja loh? jangan alay jablay lebay gitu ah.. kan tinggal nulis aja kan? apa susahnya? hehe. For Your Information, saya dulu juga menganggap mudah menulis artikel itu, dan cenderung meremehkan malah. Tapi begitu saya mencoba membuktikan betapa mudahnya menulis itu, saya harus mengakui ternyata sulitnya ampun-ampun, sulitnya itu pun sudah dimulai bahkan ketika masih pada tahap memilih tema/topik yang akan saya bahas. wah itu bisa memakan waktu seharian betul. tapi Alhamdulillahnya, saya tidak menyerah dalam mencari tema tulisan saya, itu sisi positifnya.

Nah setelah saya jalani kegiatan tulis menulis/ketik mengetik ini, saya jadi menyadari bahwa ternyata ada beberapa kelebihan dalam menulis artikel lo, ya minimal menurut pengalaman pribadi saya. Pertama, dengan menulis artikel, saya sebenarnya sedang melakukan yang perubahan pola pikir/mindset, yang awalnya berpola pikir reaktif menjadi proaktif dan menjadi lebih kreatif. dan saya kira ini juga bermanfaat juga buat teman-teman semua. lo maksudnya? begini, selama ini jika saya perhatikan dari pengalaman saya selama belajar di bangku sekolah dan kuliah, kita hanya diajarkan menjadi seorang yang task minded, artinya berpola pikir tugas, diberi tugas untuk mengerjakan pekerjaan A, maka kita akan mengerjakan A. Kalau B ya B, C ya C, dan seterusnya. ini terlihat dari bagaimana ujian-ujian di sekolah dan kampus yang dulu saya masuki. setiap ujian baik itu kuis, UTS, UAS, dan U-U yang lain, selalu berorientasi soal-jawaban. “Apa yang dimaksud dengan….”, sebutkan apa saja faktor….”, jelaskan apa yang dimaksud dengan….” ya kan? Model tanya jawab seperti ini memang ada kelebihannya, apa? ya itu tadi, kita akan terbiasa melakukan tugas yang diberikan kepada kita. tapi dari apa yang saya alami, model ini juga memiliki kelemahan juga, apa itu? KREATIFITAS kita kurang terasah karena kita tidak mendapatkan kebebasan yang cukup di situ, kalau jawabannya bukan A, pasti salah, kalau nggak B, ndak lulus. model tanya jawab/soal malah bisa jadi akan membatasi kreatifitas kita.

dengan menulis artikel inilah, saya yakin bahwa kreatifitas kita bisa di asah. dan ini sedang saya lakukan kepada mahasiswa saya. topiknya boleh saja dibatasi dan memang sebaiknya dibatasi, agar tidak ngglambyar kemana2, nyelentang ngalor ngidul, tapi untuk judul silahkan mahasiswa sendiri yang menentukan, lo enak to? ibaratnya kalau bapak saya bilang, tak ajangi ombo, wes sak karep-karepmu… Ibaratnya silahkan buat artikel dengan topik Pemasaran, tapi fokus permasalahannya silahkan bikin sendiri, anda kembangkan sendiri ya. Kurang enak gimana saya? tapiiii… tau tidak, begitu saya suruh mahasiswa menulis artikel, langsung garuk-garuk kepala mereka, sambil tolah toleh kiri kanan. begitu saya tanya kenapa? “susah pak, belum terbiasa sih, kami biasanya pake model soal tanya jawab, bapak kasih soal, kami yang jawab”. (tapi saya yakin jawaban mereka sebetulnya seperti ini, “bapak kasih soal, kami yang pusing” *eh). terbiasa di taruh dalam sangkar, begitu di bebaskan, langsung kagok mereka, bingung mau ngapain. terbiasa main bola di tempat sempit, begitu disuruh main di lapangan yang lebih luas, diam saja tak bergeming sedikitpun, kenapa? bingung. terbiasa disuruh-suruh, begitu di biarin, buat pekerjaan sendiri, bingung langsung….

Relax, tenang saja, ntar lama-lama terbiasa kok, dan bahkan bisa-bisa muncul anggapan menulis itu ternyata mengasyikan loh, yang lebih gawat lagi, malah kecanduan!! sebagaimana kecanduan beberapa mahasiswa saya akan kopi di pagi hari…

Guys, Fren, adik-adiku, dunia di luar sana penuh dengan solusi alternatif dan sifatnya kadang dan bahkan sering kali relatif, alternatif bisa didapatkan jika orangnya kreatif, relatif berarti tidak pasti, dalam arti solusi permasalahan sekarang tidak bisa dipakai untuk masa depan, dan untuk mendapatkan solusi barupun, juga dibutuhkan manusia kreatif….

yah semoga usaha saya ini dipandang sebagai ibadah dan diridhoi ALLAH SWT, manusia kan diwajibkan berusaha, masalah hasil sudah bukan urusan manusia, tapi urusan-Nya..